Heboh Purwakarta Lestarikan Permainan Tradisional Egrang


PURWAKARTA,Akhir minggu lalu, situasi pedesaaan di Kecamatan Wanayasa, Purwakarta tidak seperti biasa. Beberapa ribu pelajar, aparatur sipil negara, serta orang-orang umum tumpah ruah dalam Festival Panji Demokrasi Sila ke-4 Pancasila yang diadakan Jumat (19/8/2017) malam. 

Hari jadi Kabupaten Purwakarta ke-48 diperingati dengan pawai egrang, permainan tradisionil dari bambu. 

Th. lalu, festival di gelar di jalan protokol kabupaten. Tetapi, kesempatan ini di gelar di sekitaran kaki Gunung Burangrang, Kecamatan Wanayasa. Beberapa peserta pawai egrang jalan sekitaran satu km. dari lapangan Desa Babakan menuju alun-alun Wanayasa. 

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengakui mempunyai argumen spesial pilih egrang dalam festival itu. Egrang mempunyai arti filosofis yang terkait segera dengan asas demokrasi. 

“Demokrasi sebenarnya kan keseimbangan pada hak serta keharusan. Egrang, Saya fahami dapat mengajarkan keseimbangan itu. Bila demokrasi telah seimbang jadi negeri ini bisa menjangkau kemakmuran. Aktivitas malam ini yaitu pendidikan menuju ke arah itu, ” tuturnya di sela pawai. 

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengajak orang-orang Purwakarta melestarikan permainan tradisionil egrang dengan mengadakan Festival Panji Demokrasi, Jumat (19/8/2017) 
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengajak orang-orang Purwakarta melestarikan permainan tradisionil egrang dengan mengadakan Festival Panji Demokrasi, Jumat (19/8/2017) 
Jadi satu diantara type permainan tradisionil, egrang sudah berikan sumbangsih besar untuk Kabupaten Purwakarta. Pada 2012 lantas, Purwakarta mengadakan permainan engrang oleh 14. 570 pelajar. Permainan masal itu memecahkan rekor (museum rekor Indonesia) MURI jadi peserta permainan egrang paling banyak selama histori. 

Atas basic itu, Dedi Mulyadi menyerukan pelestarian permainan tradisionil. Menurutnya, dalam tiap-tiap permainan ciri khas orang desa itu ada nilai pendidikan yang dapat ditanamkan mulai sejak awal pada anak-anak. 

“Sebenarnya, bentuk kemodernan itu ada pada beberapa hal yang berbentuk tradisionil, dalam permainan tradisionil, egrang itu satu diantaranya. Jadi anak-anak mesti kembali bermain permainan tradisionil karna ada nilai pendidikan yang kuat didalamnya. Akar kebiasaan mereka mesti tetaplah kuat, ” katanya. 

Peserta pawai egrang penuhi jalan di Kecamatan Wanayasa, Purwakarta pada Jumat (19/8/2017) malam. 
Peserta pawai egrang penuhi jalan di Kecamatan Wanayasa, Purwakarta pada Jumat (19/8/2017) malam. 
Untuk kebiasaan juga, lelaki yang terakhir suka berpeci hitam itu pilih Wanayasa jadi tempat aktivitas. Wanayasa yang disebut cikal akan Purwakarta yaitu tempat bersejarah untuk orang-orang kabupaten itu. 

Dedi juga berniat mengubahkan tempat festival ke Kecamatan Wanayasa agar pembangunan rata sampai ke desa. 

“Fokus kami sampai kini bukanlah di kota, namun di desa. Ini saatnya orang-orang desa nikmati hiburan bukan sekedar di perkotaan, ” katanya. 

Pemerintah Purwakarta mengadakan Festival Panji Demokrasi berupa pawai egrang di Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Jumat (19/8/2017) 
Pemerintah Purwakarta mengadakan Festival Panji Demokrasi berupa pawai egrang di Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Jumat (19/8/2017) 
Ia yakini jati diri bangsa Indonesia sebenarnya terdapat di pedesaan. Karenanya, Pemerintah Kabupaten Purwakarta mengutamakan orang-orang desa. 

“Lihat saja barusan tindakan teaterikal waktu pembukaan, itu kan product anak desa. Mereka mempunyai kemampuan serta kepercayaan untuk berdaya saing dengan orang-orang kota meskipun, ” tuturnya. (KONTRIBUTOR TASIKMALAYA/IRWAN NUGRAHA) 

sumber : kompas.com